CNY Menguat terhadap USD setelah AS Perpanjang Moratorium Tarif hingga 2026
Dinamika utama: CNY menguat didorong kebijakan AS
Dolar Tiongkok, atau yuan, menguat terhadap dolar AS mencapai sekitar 7,0742 per USD pada bulan November, menjadi level tertinggi sejak Oktober 2024. Pergerakan ini dipicu keputusan Gedung Putih untuk memperpanjang penangguhan tarif balasan pada impor Tiongkok hingga November 2026, mengurangi tekanan perdagangan jangka pendek bagi kedua negara.
Kebijakan tersebut menambah jeda pada sengketa perdagangan dan memberikan ruang bagi pelaku pasar untuk menilai arah kebijakan antara dua ekonomi raksasa. Investor menilai bahwa kelanjutan moratorium tarif bisa menahan lonjakan biaya impor dan menjaga arus perdagangan tetap relatif stabil menjelang tahun depan.
Di sisi teknis, Bank Rakyat Tiongkok (PBoC) menetapkan USD/CNY di paritas tengah 7,0789, yang merupakan level terendah sejak pertengahan Oktober 2024, menunjukkan bahwa langkah kebijakan dan volatilitas pasar tetap terhubung erat dengan sinyal kebijakan moneter.
Analisis pandangan pasar dan peluang pertemuan tingkat tinggi
Fokus pasar kini bergeser ke potensi pertemuan antara pemimpin kedua negara pada tahun 2026. Ekonomi AS yang meningkatkan tekanan melalui kebijakan perdagangan dan arsitektur nilai tukar menjadi faktor kunci yang dipantau para ahli FX. Menurut Philip Wee, Ahli Strategi FX Senior di DBS, adanya pertemuan antara Presiden Trump dan Xi bisa meredakan ketegangan bilateral dan mempengaruhi aliran modal.
Ke arah 2026, harapan akan lingkungan yang kurang konfrontatif masih ada meskipun dinamika hubungan AS-Tiongkok tetap tegang. Rencana kunjungan kenegaraan dan pertemuan tingkat tinggi di KTT APEC yang diadakan Beijing serta G20 di Washington dipandang sebagai potensi pelunak kebijakan dan volatilitas harga akan menurun jika terjadi progres diplomatik.
Secara umum, pasar menilai kejadian ini sebagai faktor fundamental yang lebih besar dibandingkan faktor teknis jangka pendek. Investor mengawasi sinyal kebijakan, catatan perdagangan, dan arah diskusi fiskal untuk menentukan bias risiko portofolio mereka.
Implikasi untuk trading dan kebijakan risiko
Walau ada optimisme terhadap kemajuan diplomatik, hubungan AS-Tiongkok masih bersifat tegang. Peta kebijakan yang lebih lunak di masa depan bisa berarti perlambatan pengetatan moneter di Tiongkok dan potensi penguatan yuan, meskipun jalur yang diambil tetap terkait keputusan kebijakan internasional.
Bagi trader FX, artikel ini menekankan bahwa sinyal utama berasal dari kebijakan ekonomi dan perdagangan, bukan sinyal teknis tunggal. Tanpa konfirmasi arah harga jelas, disarankan mempertahankan pendekatan yang hati-hati sambil memantau rilis data, pertemuan diplomatik, dan perkembangan tarif untuk potensi perubahan volatilitas.
Secara keseluruhan, mereka yang mengambil posisi di USD/CNY perlu mempertimbangkan skenario jangka menengah hingga panjang dengan risiko dan toleransi volatilitas yang sesuai, karena dinamika hubungan dagang bisa memicu volatilitas ulang pada kurs mata uang utama.