Rupiah tetap berada di kisaran 16.730-16.735 per USD, mendekati batas atas zona konsolidasi yang terbentuk sejak awal November. Ruang gerak mata uang domestik terbatas karena dinamika eksternal yang belum memberi sinyal jelas untuk pergerakan lebih lanjut. Sejalan dengan itu, level 16.700-16.720 berfungsi sebagai support kritis yang menjadi pijakan saat ada koreksi.
Indikator global, terutama DXY yang terpantau di kisaran 98,2-98,3, menahan tekanan ke bawah namun juga membatasi peluang penguatan rupiah. Konsistensi DXY di zona tersebut mengisyaratkan stabilitas jangka pendek bagi pasangan USDIDR. Secara teknikal, target jangka pendek berada di 16.750-16.780, dengan potensi lanjut ke 16.820-16.850 jika terjadi pelebaran harga. Namun, pencapaian skenario ini sangat bergantung pada dorongan eksternal dan stabilitas data domestik. Sambil itu, pasar tetap menimbang risiko pasar global yang belum menunjukkan arah yang pasti.
Kebijakan Bank Indonesia tetap netral, dengan BI-Rate di 4,75% dan fasilitas Deposit Facility di 3,75% serta Lending Facility di 5,50%. Keputusan tersebut menekankan fokus pada stabilitas inflasi dan nilai tukar sambil memberikan ruang bagi pemulihan kredit secara bertahap. Langkah ini juga menjaga kepercayaan pelaku pasar terhadap kerangka kebijakan moneter.
Pertumbuhan kredit YoY November tercatat 7,74%, menunjukkan pemulihan pembiayaan yang terukur namun masih selektif. Aktivitas kredit mencerminkan kehati-hatian rumah tangga dan sektor swasta seiring penyesuaian kebijakan dan kondisi ekonomi. Data ini memerkuat narasi stabilitas finansial domestik meski tidak berarti pemulihan kredit cepat.
BI sebelumnya memangkas akumulatif 150 basis poin sepanjang 2024 hingga 2025, dan Gubernur BI menegaskan evaluasi kebijakan berbasis data. Jawaban kebijakan disampaikan dengan fokus pada stabilitas nilai tukar dan prospek inflasi. Hal ini menempatkan rupiah pada jalur moderat menyusul penguatan pasar global.
Data tenaga kerja AS menjadi fokus utama jelang rilis data hari ini. NFP Oktober turun 105 ribu dan November naik 64 ribu, mendorong tingkat pengangguran ke 4,6%. Kontraksi perekrutan, pelemahan manufaktur, dan pelambatan upah membuka ruang bagi Federal Reserve untuk menjalankan pelonggaran bertahap.
Dengan pola ini, dolar cenderung melemah sesaat setelah rilis payrolls, meski perubahan belum cukup untuk mengubah ekspektasi kebijakan. Analis OCBC dan ABN AMRO menilai peluang pelonggaran bertahap masih menjadi skenario utama meski waktu pemangkasan belum pasti. Kondisi ini menambah dinamika pada dolar di kisaran sekitar 98,6.
Indikator The Fed juga menjadi sorotan, karena beberapa pejabat menilai kehati-hatian dalam penurunan suku bunga. DXY berada di sekitar 98,58 dengan peluang pemangkasan Januari yang rendah dan proyeksi pemangkasan kumulatif hingga 2026 tetap stabil. Pasar menantikan detail inflasi inti dan komponen perlindungan pekerjaan untuk menentukan jalur kebijakan.