Harga emas Antam 1 gram turun menjadi Rp2.403.000 pada perdagangan Selasa, tertekan dari puncak bulanan di sekitar Rp2.425.000 pada awal Desember. Pergerakan ini menandai fase konsolidasi setelah rally awal bulan.
Kondisi domestik menunjukkan minat beli tetap terjaga meski laju kenaikan tertahan oleh reaksi pasar terhadap dinamika global. Emas global juga menunjukkan konsolidasi di bawah zona teknis penting karena pelaku pasar menimbang langkah kebijakan Federal Reserve dan pergerakan dolar.
Data ADP dan JOLTS AS, serta keputusan FOMC yang akan dirilis, diperkirakan menjadi penentu arah pasar malam ini. Angka yang lebih lemah berpeluang menguatkan ekspektasi pelonggaran bank sentral, sementara data kuat bisa membatasi penawaran ruang kenaikan harga emas.
Secara teknis, emas global melemah setelah gagal mempertahankan level Fibonacci 23,6% di sekitar USD 4.201. Harga bergerak turun ke sekitar USD 4.180 dan mengubah breakdown dari ascending trendline sejak akhir November menjadi gelagat yang lebih nyata.
Fibonacci 38,2% berlokasi sekitar USD 4.162 sebagai support utama jangka pendek, dengan lapisan penyangga berikutnya di USD 4.131 dan USD 4.099. Selama zona tersebut mampu bertahan, struktur kenaikan jangka menengah belum rusak meski momentum melemah.
RSI yang sebelumnya di atas 50 sekarang turun ke wilayah netral, mengonfirmasi penurunan dorongan jangka pendek dan memperlihatkan konsolidasi berbalik bearish. Skenario false break perlahan menipis peluangnya; untuk menghidupkan lagi langkah bullish, emas perlu menembus USD 4.201 dan lanjut di atas USD 4.245–4.264.
Di pasar lokal, saham ANTM tercatat turun sekitar 1,0% ke level 2.970 pada sesi awal, mencerminkan kehati-hatian pelaku pasar yang menunggu arahan dari dinamika emas global dan data makro. Sentimen di pasar domestik tetap kuat akan adanya arah kebijakan moneter AS.
Artikel ini tidak memberi rekomendasi trading spesifik karena sinyal pasar masih rapuh dan volatil. Investor sebaiknya memantau reaksi harga fisik emas terhadap rilis data ADP/JOLTS serta putaran kebijakan The Fed.
Secara umum, volatilitas bisa meningkat jelang rilis data tenaga kerja AS dan keputusan The Fed. Pergerakan dolar AS juga menjadi kunci, karena penguatan dolar cenderung menekan aset berharga seperti emas.