Harga Perak menguat seiring pasar menilai arah kebijakan moneter AS menuju pelonggaran bertahap pada 2026. Ekspektasi dua penurunan suku bunga meningkatkan daya tarik logam mulia sebagai lindung nilai terhadap inflasi.
Gubernur Fed Christopher Waller menyampaikan forum CNBC bahwa biaya pinjaman seharusnya bisa turun hingga satu poin persentase. Pernyataan ini menguatkan narasi pelonggaran bertahap meski inflasi masih tinggi.
Data lapangan kerja November AS menambah tanda pendinginan pasar tenaga kerja, dengan pengangguran naik menjadi 4,6% — tinggi sejak 2021. Meskipun payrolls bulan itu tumbuh, peningkatannya tidak sepenuhnya mengimbangi perlambatan Oktober, sehingga pasar menantikan rilis IHK nanti.
Defisit persediaan logam abu-abu memperkuat dorongan harga melalui permintaan ritel dan aktivitas industri yang kuat. Permintaan dari sektor solar, kendaraan listrik, dan pusat data mendukung tren kenaikan harga.
Harga Perak telah mencapai rekor tertinggi pada akhir 2025, dan defisit pasokan diperkirakan berlanjut hingga 2026. Pergerakan di dekat 66,50 dolar per troy ounce pada sesi Eropa menunjukkan kekuatan level tertinggi, meski sempat menyentuh rekor 66,89.
Pasar kini menantikan rilis Indeks Harga Konsumen AS untuk mengonfirmasi arah inflasi. Sentimen bullish tetap didorong oleh faktor-faktor fundamental seperti defisit pasokan dan permintaan industri yang berkembang, meski volatilitas tetap ada.