Bank of England memang menurunkan suku bunga 25 basis poin menjadi 3,75 persen, menandai penurunan keempat dan terakhir tahun ini. Keputusan ini diwarnai dengan dinamika internal yang tidak terlalu tajam, dengan suara penentu 5-4 dan Gubernur Andrew Bailey sebagai tokoh kunci. Analisis pasar menunjukkan langkah ini dimaksudkan untuk menghindari kejutan dovish yang agresif sambil tetap memberi dukungan moderat bagi sterling meski prospek pertumbuhan melambat dan inflasi masih tinggi.
Mengurai konteksnya, inflasi di Inggris telah turun tajam menjadi 3,2 persen dari puncaknya 11,1 persen pada Oktober 2022. Meski penurunan inflasi terlihat jelas, BoE belum berhasil membawa inflasi ke target 2 persen secara permanen, sehingga ruang untuk pelonggaran lebih lanjut tetap terbatas. Para analis memperkirakan jalur penurunan suku bunga masih bisa berlanjut tahun depan, tetapi pelonggaran kemungkinan besar akan dilakukan secara bertahap dan bergantung pada data ekonomi yang masuk.
Reaksi pasar terhadap keputusan BoE bersifat positif tetapi berhati-hati. Meskipun penurunan suku bunga relatif kecil tidak menimbulkan kejutan besar, ketidakpastian terkait pertumbuhan dan inflasi tetap membatasi pergerakan sterling. Secara keseluruhan, pandangan pasar adalah bahwa kehati-hatian dalam pelonggaran bisa menjaga dukungan terhadap pound, asalkan kebijakan berjalan sesuai dengan data yang masuk.
Pertarungan antara pelonggaran lebih lanjut dan stabilitas kebijakan tercermin dalam pemungutan suara 5-4 di BoE, dengan Bailey tetap menjadi penentu utama. Banyak analis menilai volatilitas kebijakan bisa berlanjut di rilis data berikutnya, sehingga syarat kehati-hatian tetap relevan bagi para pelaku pasar. Meskipun peluang pelonggaran lebih lanjut ada, pesan kehati-hatian membatasi langkah besar yang bisa menekan sterling ke bawah.
Inflasi yang turun ke 3,2 persen menunjukkan jalur penurunan inflasi sedang berjalan, meskipun belum mencapai target 2 persen secara konsisten. Dengan pertumbuhan yang melambat, ada pertanyaan signifikan mengenai seberapa banyak ruang pelonggaran yang masih tersedia. Skema kebijakan yang mungkin berlanjut secara bertahap menandakan bahwa pasar perlu mengawasi data inflasi, tenaga kerja, dan dinamika konsumsi untuk menilai arah GBP.
Gambaran ini menciptakan kerangka bagi trader yang ingin menimbang peluang pada GBPUSD. Jika kebijakan berjalan dengan kehati-hatian dan data relatif mendukung, pound bisa mempertahankan atau menguat moderat terhadap dolar. Namun jika inflasi kembali memburuk atau pertumbuhan menurun lebih lanjut, risiko tekanan turun pada sterling tetap ada, sehingga manajemen risiko tetap diperlukan.
Dinamika BoE menunjukkan keseimbangan antara menahan inflasi dan meredam perlambatan ekonomi. Langkah penurunan bunga secara bertahap mengurangi risiko kejutan dovish dan memberikan stabilitas bagi sterling. Meski kebijakan memberi dukungan moderat, faktor eksternal seperti kebijakan di zona euro dan kondisi pasar tenaga kerja domestik tetap membentuk volatilitas pasangan GBPUSD.
Sejak puncaknya pada Agustus 2023, kebijakan BoE telah menurun sekitar 150 basis poin, menunjukkan ruang kebijakan yang semakin sempit. Namun, perubahan kebijakan yang berlangsung berarti trader perlu memperhatikan data rilis utama seperti inflasi inti, pengangguran, dan output industri. Ritme pelonggaran dan komunikasi bank sentral akan menjadi komponen utama dalam menentukan arah GBP pada beberapa minggu mendatang.
Dari sisi perdagangan, artikel ini menekankan faktor fundamental dan tidak mengandung angka target harga spesifik. Karena sinyal dalam teks lebih mengarah pada kehati-hatian, rekomendasi harga perlu ditentukan berdasarkan data ekonomi terbaru dan tindak lanjut kebijakan BoE. Prinsip risiko-imbalan minimal 1:1,5 menjadi pedoman umum untuk posisi pada pasangan GBPUSD, dengan fokus pada konfirmasi data dan konfigurasi pasar sebelum mengambil langkah trading.