Rupiah Stabil di Sekitar 16.699 Menjelang Keputusan Fed; DXY Dipantau Ketat

Rupiah dan Dolar: dinamika teknis menjelang sesi Eropa

Rupiah dibuka pada kisaran 16.699 per dolar AS, dengan pasangan USDIDR terpantau menguat sekitar 0,5% jelang perdagangan Eropa. Sempat terlihat dinamika melemah pada DXY yang berada di sekitar 98,90, menunjukkan fase pelemahan jangka pendek namun tetap berada pada kanal keseimbangan.

Secara teknis jangka pendek, level 16.750–16.780 teridentifikasi sebagai zona uji resistance, sedangkan area 16.620–16.650 masih berfungsi sebagai penyangga jika tekanan dolar mereda.

Rupiah menunjukkan sikap defensif dan terkontrol, dengan pelaku pasar menahan eksposur hingga arah dolar lebih jelas ketika sesi Eropa dan pasar AS mulai beroperasi.

Data AS dan ekspektasi kebijakan: tanda pelonggaran yang belum matang

Data inflasi inti AS menunjukkan pelonggaran tekanan harga, dengan Core PCE MoM 0,2% dan YoY 2,8%. Sisi konsumsi juga terlihat tahan banting, pendapatan pribadi naik 0,4% dan belanja meningkat 0,3%.

Rasional pasar juga tercermin dari Michigan Consumer Sentiment yang naik menjadi 55, didorong turunnya ekspektasi inflasi jangka pendek 1 tahun ke 4,1% dan 5 tahun ke 3,2%. Meski narasinya mendukung pelonggaran, sinyal tersebut belum cukup untuk membuat Fed bergerak agresif.

Berdasarkan FedWatch CME, probabilitas pemangkasan suku bunga pada pertemuan 10 Desember 2025 mencapai 87,2%, mendekatkan pasar pada skenario pelonggaran tanpa menimbulkan pelunasan dolar. Dengan demikian, pergerakan Rupiah masih dipandu dinamika dolar jelang rilis kebijakan.

Fondasi domestik dan prospek ekonomi: ruang kebijakan dan risiko eksternal

Fondasi domestik memperlihatkan daya tahan permintaan melalui penjualan sepeda motor November 2025 yang tumbuh 2,1% yoy menjadi 523.591 unit; ekspor CBU tetap 43.426 unit, CKD turun 609.521 unit, dengan ekspor suku cadang tetap tinggi sekitar 12,06 juta unit.

Secara kumulatif Januari–November 2025, penjualan domestik mencapai 5,95 juta unit, mendekati target 6,4–6,7 juta unit. Sementara itu Bank Indonesia melaporkan IIP kuartal III 2025 mencatat net liability USD 262,9 miliar, didorong arus investasi asing, meski rasio IIP terhadap PDB 18,3% menunjukkan ketahanan.

Proyeksi menengah Permata Bank untuk 2026 menunjukkan pertumbuhan sekitar 5,1–5,2%, inflasi 2,0–2,5%, dan ruang kebijakan moneter yang relatif akomodatif. Namun ancaman perlambatan ekonomi global serta potensi penurunan harga komoditas ekspor membatasi optimisme, sehingga arah Rupiah tetap bergantung pada perkembangan kebijakan AS.

Boost Your Business with Cutting-Edge Marketing Solutions Today

Your ad here
Image