Rupee India dibuka lebih kuat terhadap dolar AS meskipun prospek jangka pendek terhadap kurs tetap tidak pasti karena dinamika aliran modal asing dan ketegangan atas kesepakatan perdagangan AS-India.
Selama dua sesi perdagangan terakhir, arus keluar oleh investor asing menunjukkan penurunan relatif, dengan rata-rata sekitar Rs 547,25 crore per hari, lebih rendah dibandingkan dengan tren empat hari sebelumnya yang mencapai sekitar Rs 2.491,18 crore.
Para pelaku pasar tengah menimbang potensi pemotongan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin dalam pertemuan mendatang, sambil menilai dampaknya terhadap arus modal dan risiko volatilitas di pasar pasangan USDINR.
Di dalam negeri, ketidakpastian terkait negosiasi perdagangan AS-India menambah tekanan pada rupee dan mendorong volatilitas di pasar mata uang serta asing keluar masuknya modal.
Investor menantikan data Indeks Harga Konsumen (IHK) ritel November, yang diperkirakan menunjukkan percepatan inflasi terkait belanja ritel dibanding bulan sebelumnya, menambah dinamika ekspektasi kebijakan moneter.
Dalam kebijakan terbaru, Gubernur RBI Sanjay Malhotra merevisi proyeksi inflasi untuk tahun ini lebih rendah menjadi 2,0% dari 2,6%, menambah narasi bahwa tekanan inflasi mungkin terkendali dalam beberapa kuartal ke depan.
Secara teknikal, USDINR diperdagangkan sekitar 90,35 dengan EMA 20-hari di sekitar 89,62, menunjukkan pasangan tetap berada di atas area rata‑rata pergerakan dan menjaga bias bullish.
RSI sekitar 67,8 menunjukkan momentum bullish yang kuat tanpa menunjukkan kondisi jenuh beli berlebihan, menambah peluang kenaikan lebih lanjut dalam kerangka risiko yang terkendali.
Support terdekat berada di EMA 20 sekitar 89,62, sementara target terdekat berada di sekitar 91,40 jika harga menembus resistance kunci di sekitar 90,80. Break di atas level tersebut bisa membuka jalan menuju 91,40 dan lebih tinggi.