Yen Jepang melemah sekitar 0,2% terhadap Dolar AS, menunjukkan kinerja yang kurang kuat dibanding mata uang G10 karena imbal hasil AS yang naik dan ekspektasi terhadap suku bunga Jepang yang tetap tinggi membebani mata uang tersebut.
Kinerja Jepang juga tertahan oleh pendapatan kas riil yang mengecewakan, revisi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal ketiga, serta neraca perdagangan Oktober yang lebih sempit dari ekspektasi.
Secara teknis, USD/JPY naik seiring imbal hasil AS kembali menyentuh batas atas rentangnya; pasar mematok sekitar 32 bp pengetatan untuk Desember dan total sekitar 50 bp hingga September, menandakan perbedaan suku bunga yang masih mendominasi pasangan ini.
Perbedaan kebijakan moneter antara AS dan Jepang memperbesar spread imbal hasil, mendorong USDJPY untuk menguat lebih lanjut ketika investor menakar arah keputusan bank sentral di dua negara.
Dalam konteks domestik Jepang, data terbaru memperkuat narasi tekanan terhadap yen: pendapatan kas riil rendah, revisi PDB kuartal ketiga turun, dan neraca perdagangan Oktober lebih sempit dari perkiraan, menambah tantangan bagi mata uang tersebut.
Dengan fokus pada pergerakan imbal hasil AS dan indikator ekonomi Jepang, prospek USDJPY tetap sensitif terhadap perubahan kebijakan dan data rilis, meski peluang terjadinya penembusan bullish belum terkonfirmasi secara pasti.