Bank Indonesia mempertahankan kebijakan moneter dengan BI-Rate di 4,75 persen, menegaskan stabilitas sebagai prioritas tanpa menambah tekanan pada inflasi. Keputusan ini menjaga ruang bagi kredit untuk terus tumbuh sejalan dengan momentum pemulihan ekonomi.
Koridor kebijakan tetap utuh dengan Deposit Facility Rate di 3,75% dan Lending Facility Rate di 5,50%, menunjukkan komitmen untuk tidak mengubah tempo kebijakan secara agresif dalam jangka pendek.
Data pertumbuhan kredit November menunjukkan akselerasi menjadi 7,74% YoY, mengindikasikan transmisi kebijakan ke sektor riil telah berjalan lebih efektif dan mendukung aktivitas ekonomi.
Pasar valuta asing merespons secara tenang; rupiah diperdagangkan relatif stabil dan USDIDR berada di sekitar 16.700 pada saat berita ini diturunkan.
Respons investor mencerminkan kepercayaan terhadap arah kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas rupiah sekaligus mendukung pemulihan domestik di tengah dinamika global yang tetap berfluktuasi.
Sejalan dengan suasana risiko global, sentimen pasar cenderung defensif, dengan fokus pada bagaimana kebijakan bank sentral lain dapat mempengaruhi arus modal dan likuiditas lokal.
Bagi pelaku pasar, kunci utama adalah menjaga ekspektasi terhadap stabilitas rupiah sambil menopang pertumbuhan kredit dan pemulihan ekonomi dalam konteks risiko global.
Instrumen mata uang seperti USDIDR dapat mencerminkan aliran kebijakan, sehingga trader disarankan memantau perubahan kredit, komentar bank sentral lain, dan dinamika arus modal internasional.
Kesimpulan: kebijakan BI yang konsisten menjadi landasan bagi stabilitas pasar keuangan, mendukung prospek pemulihan serta menjaga peluang trading yang lebih terukur di masa mendatang.