Dolar AS Menguat terhadap Yen: Kebijakan Fed, Inflasi yang Melambat, dan Arus TIC Menentukan USDJPY

Dolar AS sempat rebound ke level tertinggi tujuh hari terhadap Yen, mencerminkan bahwa pasar menimbang dinamika kebijakan moneter yang masih mempengaruhi arah dolar. Meski berada dalam fase pemulihan singkat, narasi utama tetap bahwa kebijakan moneter menjadi beban bagi USD dalam konteks persaingan antara bank sentral. Para pelaku pasar terus memantau isyarat dari sejumlah bank sentral tentang arah kebijakan di masa depan.

Federal Reserve masih memiliki ruang untuk melakukan pemotongan suku bunga di masa mendatang, sementara banyak bank sentral utama telah menghentikan pelonggaran. Pasar mengkaji peluang pemotongan sekitar 50 basis poin (bp) pada tahun depan, didorong oleh tanda-tanda pelemahan inflasi dan kebutuhan untuk menyeimbangkan pertumbuhan dengan stabilitas harga. Asumsi ini turut mempengaruhi pergerakan pasangan USDJPY melalui ekspektasi perubahan likuiditas global.

Tak ada data AS yang dirilis hari ini yang secara langsung mengubah narasi kebijakan, namun dinamika kebijakan moneter di berbagai negara tetap menjadi faktor penentu. Perbedaan tempo antara kebijakan moneter AS dan negara lain membuat USDJPY berfluktuasi sejalan dengan perubahan ekspektasi terhadap siklus suku bunga dan jeda pelonggaran di beberapa wilayah.

Inflasi AS yang Melambat dan Prospek Pemotongan Suku Bunga

Di sisi inflasi, data November menunjukkan pelemahan tak terduga pada laju inflasi AS, menambah sinyal bahwa tekanan harga mungkin melemah lebih lanjut. Meskipun ada potensi distorsi akibat penutupan pemerintah, gambaran umum menunjukkan dinamika harga yang lebih tenang. Hal ini memberikan ruang bagi kebijakan moneter untuk menimbang langkah berikutnya.

Para analis mencatat bahwa beberapa angka inflasi bisa terpengaruh oleh metodologi perhitungan yang menggunakan data non-survei. Ketidakpastian ini membuat pasar menilai risiko kebijakan secara lebih hati-hati, sambil menimbang bagaimana inflasi akan merespons langkah fiskal dan permintaan domestik yang stabil.

Penurunan tekanan inflasi cenderung meningkatkan peluang pemotongan suku bunga di masa mendatang, dan hal ini pada akhirnya dapat menekan dolar jangka menengah meski pasar masih mempertimbangkan risiko dan timing kebijakan. Kontrak berjangka The Fed yang menunjukkan potensi pemotongan 50 bp di tahun depan menjadi referensi utama bagi pelaku pasar dalam mencermati arah USDJPY.

Arus Dana Asing dan Implikasi TIC bagi USD

Data TIC AS bulan Oktober menunjukkan perlambatan moderat dalam permintaan asing terhadap sekuritas jangka panjang AS, meskipun pembelian bersih naik sebesar 39 miliar dolar dibanding September. Dinamika ini menunjukkan bahwa arus modal asing menuju aset AS mengambil jalan yang lebih berhati-hati pada periode tersebut, meskipun ada lonjakan bersih pada beberapa instrumen tertentu.

Faktor ini menyiapkan kerangka bagi perubahan arah arus modal di masa mendatang, ketika investor menilai seberapa kuat permintaan global terhadap obligasi dan ekuitas AS. Secara umum, tren permintaan asing terhadap aset jangka panjang AS diperkirakan akan menyusut seiring waktu sejalan dengan dinamika defisit perdagangan dan perubahan preferensi investor global.

Secara struktural, defisit perdagangan AS dan potensi penyesuaian arus modal asing menambah beban bagi USD dalam jangka menengah. Investor akan terus memantau bagaimana kebijakan fiskal, dinamika inflasi, dan perubahan risiko global mempengaruhi arah aliran modal internasional ke aset AS, yang pada akhirnya mempengaruhi nilai USD terhadap Yen dan mata uang utama lainnya.

Boost Your Business with Cutting-Edge Marketing Solutions Today

Your ad here
Image