Rupiah dibuka melemah tipis di sekitar 16.646 per USD dan terlihat berada dalam kisaran sempit 16.600–16.649 menjelang sesi Eropa. Kondisi ini mencerminkan sikap berhati-hati pelaku pasar yang menahan langkah dalam fase konsolidasi beberapa hari terakhir.
DXY berupaya bangkit dari level terendah multi-minggu, meski kenaikannya terbatas. Rebound dolar lebih banyak didorong harapan bahwa data ekonomi AS akan menambah ruang bagi kebijakan yang lebih dovish.
Minat beli importer-hedging di kisaran 16.620–16.630 turut membantu Rupiah menahan pelemahan lebih dalam, sementara pelaku pasar menunggu data tenaga kerja AS dan inflasi PCE sebagai katalis utama sebelum FOMC.
Set data ADP menunjukkan pelambatan tenaga kerja swasta dengan penghapusan 32.000 pekerjaan pada November, menguatkan narasi bahwa momentum pekerjaan mulai melambat.
PMI Jasa ISM menunjukkan perkembangan yang moderat meskipun beberapa komponen still menunjukkan tekanan. Harga dibayar turun tajam, dan pesanan baru melambat, menambah tekanan bagi pertumbuhan jasa.
Ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga 25 bp pada FOMC bulan depan menguat seiring sinyal perlambatan ekonomi, yang menahan gain USD meskipun data terbaru tidak sepenuhnya lemah. Pasar juga menantikan data PCE dan klaim pengangguran untuk konfirmasi arah kebijakan The Fed.
Dolar tetap berada dalam koridor teknikal sekitar 98,9–99,0 pada DXY, sehingga dampaknya terhadap Rupiah cenderung terbatas dalam jangka pendek hingga menengah.
Rupiah cenderung tetap dalam area konsolidasi, dengan pergerakan lebih lanjut sangat bergantung pada data tenaga kerja AS dan angka inflasi jasa yang akan datang.
Strategy trading untuk USDIDR: jika data AS menunjukkan pelambatan lebih lanjut dan isyarat dovish lebih kuat, posisi long USDIDR bisa diperdagangkan dengan target keuntungan relatif 1,5 kali risiko; jika sebaliknya, pertimbangkan exit lebih cepat karena volatilitas bisa meningkat.