Rupiah India menunjukkan tekanan terhadap Dolar AS karena peningkatan permintaan impor untuk membiayai aktivitas perdagangan. Intervensi besar-besaran Reserve Bank of India (RBI) pada pasar spot dan Non-Deliverable Forward (NDF) telah menahan volatilitas setelah USD/INR menyentuh level rendah sekitar 91,55. Kondisi ini menambah volatilitas pada pasangan mata uang dan menambah fokus pada kebijakan moneter serta arus modal yang beragam antara negara maju dan berkembang.
Nilai mata uang India juga tertekan oleh arus keluar investasi asing (FII), dengan data 01-26 Desember menunjukkan penjualan saham senilai Rp 24.148,33 crore. Penjualan ini mencerminkan valuasi relatif tinggi saham India dibandingkan dengan pasar China dan Taiwan, serta persepsi risiko yang lebih tinggi di kalangan investor asing.
Di samping itu, prospek kebijakan moneter global menjadi pendorong utama. Pelaku pasar menantikan sinyal dovish dari The Federal Reserve, dengan kemungkinan pemotongan suku bunga sebesar 50 basis poin pada 2026. Indikator volatilitas seperti DXY menunjukkan tekanan berkurang secara umum, meski fokus tetap pada dinamika risiko fiskal dan perundingan perdagangan AS-India yang belum jelas arahnya.
USD/INR diperdagangkan sekitar 90,3515, bertahan di atas EMA 20-hari yang berada di 90,1934. Kondisi ini menjaga bias bullish jangka pendek tetap utuh, dengan dinamika harga yang mendukung pergerakan menuju level lebih tinggi jika momentum berlanjut.
RSI 14-hari berada di sekitar 55, menandakan momentum masih netral tanpa tekanan jenuh beli. Ketertarikan pasar terhadap dolar masih terjaga, namun belum menunjukkan kondisi overbought yang signifikan sejauh ini, sehingga ruang untuk pergerakan kenaikan tetap ada.
Fokus utama adalah bagaimana harga menjaga traksi di atas EMA 20-hari di 90,1934. Jika harga mampu bertahan di atas level tersebut, potensi perpanjangan tren menuju level tertinggi sepanjang masa di sekitar 91,50 tetap terbuka. Namun penutupan di bawah support dinamis ini bisa membuka ruang untuk retracement menuju sekitar 89,50 sebagai area koreksi teknikal.
Sinyal trading didasarkan pada kombinasi analisis teknikal dan ekspektasi kebijakan dovish dari The Fed, yang mendukung bias kenaikan pada USDINR dalam jangka pendek. Kondisi likuiditas dan arus modal juga menjadi faktor penentu yang perlu dipantau secara kontinu.
Skema perdagangan yang diusulkan adalah membuka posisi long USDINR sekitar 90,35 dengan target profit (TP) di 91,50 dan stop loss (SL) di 89,60. Rasio risiko/imbalan (RR) diperkirakan lebih dari 1,5 dengan asumsi eksekusi pada level yang disebutkan, mempertahankan jarak relatif yang wajar terhadap support dan resistance kunci.
Waspadai faktor eksternal seperti pernyataan pemimpin The Fed, risalah FOMC, dan data fiskal AS yang bisa mengubah ekspektasi kebijakan. Intervensi RBI, dinamika deficit fiskal India, serta perkembangan perdagangan AS-India juga bisa memicu volatilitas baru pada USDINR, sehingga disarankan untuk memantau berita ekonomi utama secara berkala dan menyesuaikan manajemen risiko sesuai kebutuhan.