Ringkasan opini dari pertemuan Desember Bank of Japan menunjukkan bahwa sejumlah anggota percaya kebijakan moneter harus tetap berada di jalur pengetatan hingga 2026. Para pejabat menyatakan jarak menuju level netral masih relatif luas, sehingga kenaikan suku bunga perlu dilakukan secara berkala. Pandangan ini menambah argumen bagi yen yang lebih kuat saat pasar menimbang perbedaan kebijakan AS dan Jepang.
Bank of Japan memutuskan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 0,75 persen, sesuai dengan ekspektasi pasar. Langkah itu membawa biaya pinjaman ke level tertinggi dalam tiga dekade, meningkatkan tekanan pada pelaku pasar untuk menilai arah kebijakan ke depan. Gubernur Ueda menekankan bahwa normalisasi kebijakan harus berlanjut mengingat pasar tenaga kerja yang lebih ketat dan perubahan perilaku perusahaan dalam penetapan upah serta harga yang mendekati target dua persen.
Beberapa pejabat menunjukkan bahwa kelemahan yen yang berkelanjutan dan lonjakan imbal hasil jangka panjang sebagian dipicu oleh kebijakan yang masih terlalu rendah dibanding inflasi. Hal ini memperkuat argumen untuk penyesuaian kebijakan lebih lanjut di masa mendatang. Menteri Keuangan Jepang Satsuki Katayama menegaskan negara ini memiliki fleksibilitas penuh untuk merespons pergerakan berlebihan pada JPY, termasuk langkah verbal bila diperlukan.
USD/JPY diperdagangkan sekitar 155,80, melemah tipis menjelang dirilisnya Risalah rapat FOMC Desember. Pasar berada dalam suasana hati-hati karena investor menunggu petunjuk mengenai arah kebijakan moneter AS dan Jepang. Volume perdagangan cenderung tipis akibat liburan, sehingga pergerakan harga bisa terlihat datar dalam beberapa jam ke depan.
Di sisi teknis, ekspektasi kenaikan suku bunga lebih lanjut di BoJ pada 2026 tetap menjadi dukungan utama bagi yen, sehingga tekanan bearish terhadap USD/JPY tetap ada. Imbal hasil jangka panjang AS dan Jepang menguatkan dinamika arus modal, sementara perbedaan kebijakan bertujuan menjaga yen tetap kuat secara relatif. Pasar juga mencermati pergeseran preferensi risiko yang dapat mengubah arah pasangan mata uang ini kapan saja.
Selain itu, Dolar AS berfluktuasi setelah Fed memangkas 25 basis poin menjadi 3,50%–3,75% dan menandakan hanya satu penurunan lagi pada 2026 setelah tiga potongan pada 2025. Pasar menunggu Risalah FOMC untuk petunjuk lebih lanjut mengenai jalur kebijakan berikutnya, sehingga fokus investor tetap pada prospek suku bunga AS di masa mendatang. Ketidakseimbangan antara dua bank sentral utama memperkuat dinamika USDJPY dalam jangka pendek.
Dari sudut teknikal, bias bearish moderat pada USD/JPY muncul karena ekspektasi bahwa BoJ akan melanjutkan jalur pengetatan. Perbedaan kebijakan antara bank sentral besar memberikan yen peluang lebih kuat terhadap risiko global yang menurun. Para pelaku pasar menyiratkan respons yang lebih tegas jika tekanan inflasi Jepang tetap membaik.
Dengan volume perdagangan yang menipis menjelang liburan akhir tahun, volatilitas cenderung rendah namun arah tren bisa terdorong secara bertahap oleh pernyataan kebijakan. Investor menahan posisi sambil menilai sinyal dari para policymaker AS dan Jepang terkait langkah-langkah berikutnya. Sentimen pasar tetap rapuh, tetapi peluang breakout tetap ada jika data ekonomi terbaru menguatkan satu arah.
Analisis menunjukkan bahwa jika BoJ tetap pada jalur pengetatan dan ekspektasi kenaikan suku bunga 2026 tetap kuat, pasangan USDJPY bisa melanjutkan penurunan jangka pendek. Namun risiko geopolitik, volatilitas pasar keuangan global, dan perubahan kebijakan AS dapat membalikkan arah dengan cepat. Investor disarankan mengelola risiko dengan rencana entry dan exit yang jelas serta memantau rilis data utama secara rutin.