Harga minyak mentah WTI diperdagangkan di sekitar 58,50 dolar per barel pada pembukaan sesi Asia, menandai empat hari kenaikan berturut-turut. Sentimen pasar didorong oleh dinamika geopolitik yang terus berkembang dan dugaan bahwa pasokan global bisa tetap terjaga pada level yang relatif tinggi. Pergerakan ini juga mencerminkan ekspektasi bahwa permintaan akan tetap menjadi faktor penentu dalam beberapa minggu mendatang.
Rilis data API menunjukkan lonjakan persediaan minyak mentah AS sebesar 2,4 juta barel untuk pekan yang berakhir 19 Desember, mengindikasikan potensi pelemahan permintaan jangka pendek. Meski begitu, para pedagang menantikan laporan EIA yang dijadwalkan dirilis hari ini untuk konfirmasi arah sebenarnya. Ketidakpastian antara data API dan ekspektasi EIA menciptakan volatilitas yang lebih besar di pasar minyak.
Penurunan persediaan yang lebih besar dari perkiraan bisa mendorong harga lebih tinggi karena permintaan dinilai lebih kuat. Sementara itu, jika laporan EIA menunjukkan kenaikan persediaan yang lebih besar dari proyeksi, sentimen bisa berbalik melemah. Secara umum, faktor fundamental tetap dominan, meskipun sentimen geopolitik menambah peluang bagi pergerakan positif maupun negatif dalam jangka pendek.
Ketegangan geopolitik menjadi faktor utama yang menopang gerak harga WTI, dengan pasar menyerap risiko politik sebagai premia perlindungan bagi minyak mentah. Tindakan AS terhadap tanker Venezuela memperketat aliran pasokan regional dan menambah ketidakpastian di pasar energi. Pasar menilai potensi gangguan suplai bisa berlanjut jika konflik berkembang lebih lanjut.
Amerika Serikat meningkatkan upayanya untuk membatasi pasokan minyak mentah Venezuela, termasuk operasi terhadap kapal tanker dan peningkatan sanksi terhadap kapal yang berhubungan dengan rezim Maduro. Langkah tersebut menambah tekanan terhadap rantai pasokan lautan dan memperkuat ekspektasi pasokan global yang lebih rapat. Investor menilai dampak jangka pendek terhadap volatilitas harga lebih tinggi.
Meski demikian, risiko geopolitik tidak sepenuhnya menghapus risiko teknis, karena lonjakan stok domestik dapat menunda kenaikan harga jika permintaan tidak merespons. Pasar juga mengawasi perkembangan di wilayah lain yang berpotensi mempengaruhi arus minyak global. Secara keseluruhan, ketegangan geopolitik tetap menjadi elemen kunci dalam menetapkan arah jangka menengah WTI.
Kondisi pasar saat ini menunjukkan gambaran campuran antara risiko geopolitik dan data inventori yang beragam. Pergerakan di sekitar level 58,50 dolar perlu disertai konfirmasi dari laporan EIA untuk mengarahkan strategi trading. Dalam konteks ini, banyak pelaku pasar memilih untuk menunggu sebelum mengambil langkah besar.
Secara teknikal, perubahan harga yang lebih besar dari 60 dolar atau penurunan mendekati 57 dolar bisa menjadi sinyal yang perlu diperhatikan jika EIA menunjukkan deviasi signifikan. Namun karena fokus utama berada pada faktor fundamental, arah jangka pendek lebih bergantung pada keluaran data terbaru daripada pola chart belaka. Manajemen risiko tetap menjadi prioritas untuk menjaga eksposur tetap terkendali.
Ringkasnya, volatilitas WTI diperkirakan tetap tinggi dekat level harga saat ini. Pelaku pasar disarankan memantau rilis data EIA serta perkembangan terkait sanksi terhadap Venezuela. Dalam kerangka risiko-reward minimal 1:1,5, keputusan trading harus diiringi batasan kerugian yang jelas dan rencana keuntungan yang terukur.