Ekspor Tiongkok Kembali Tumbuh 5,9% YoY di November; CNY Riil Mendukung Eksportir

Kinerja Ekspor Tiongkok pada November

Setelah kinerja Oktober yang mengecewakan, ekspor Tiongkok kembali menunjukkan tekanan positif dengan pertumbuhan 5,9% secara tahunan pada November.

Menurut analis Valas Commerzbank, Volkmar Baur, penurunan USD/CNY ke level terendah sejak musim panas lalu tidak menghalangi arus ekspor, menandakan permintaan global masih kokoh meskipun volatilitas mata uang.

Apa artinya secara harga? Meski CNY terlihat lebih kuat secara nominal, real CNY tetap menunjukkan dinamika yang menyamakan tekanan biaya. Deflasi harga produsen membantu eksportir menjaga daya saing meski volatilitas mata uang.

Dampak Inflasi dan Nilai Tukar Riil

Walau yuan menguat secara nominal terhadap banyak mata uang G-10, CNY riil tetap relatif lemah karena perbedaan inflasi, menjaga ekspor tetap kompetitif secara biaya.

Contohnya, harga produsen China turun 2,1% YoY, sedangkan di AS inflasinya naik 2,7% YoY. Jika kurs tidak berubah, selisih ini menyiratkan penghematan biaya sekitar 5% bagi eksportir.

Kondisi riil ini menandai bahwa keuntungan biaya masih ada meskipun nilai tukar terlihat menguat secara nominal terhadap beberapa mitra dagang utama.

Dinamika Pasar Valuta dan Prospek

Sepanjang kuartal ini, CNY telah menguat melawan sebagian besar mata uang G-10, meski dibandingkan rand Afrika Selatan dan ringgit Malaysia, geraknya agak berbeda.

Investors menunggu data inflasi yang dirilis Rabu untuk menilai dampaknya terhadap biaya produksi dan jalur ekspor ke depan.

Secara garis besar, rebound ekspor November memperkuat narasi bahwa dinamika nilai tukar dan tekanan inflasi global menjadi pendorong utama kinerja perdagangan Tiongkok, meskipun fokus tetap pada CNY riil bagi eksportir.

Boost Your Business with Cutting-Edge Marketing Solutions Today

Your ad here
Image