Harga emas berada di sekitar 4.315 USD per ounce pada sesi Asia awal, didorong oleh ekspektasi penurunan suku bunga The Fed dan aliran dana safe-haven dalam suasana ketidakpastian pasar. Momentum ini memperlihatkan potensi pergeseran permintaan terhadap logam kuning sebagai pelindung nilai saat risiko keuangan membaik atau memburuk tergantung variasi data ekonomi.
Langkah The Fed yang baru-baru ini menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin membawa kisaran target 3,50%–3,75%, yang menurunkan biaya peluang memegang emas tanpa imbal hasil. Secara jangka pendek, hal ini bisa mendukung pergerakan harga emas menuju level tertinggi bersejarah yang sempat dicapai terutama ketika risiko global meningkat.
Sementara itu, para pelaku pasar menantikan data Nonfarm Payrolls (NFP) AS bulan Oktober yang dijadwalkan dirilis pada hari Selasa. Rilis ini berpotensi memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter dan dinamika inflasi di AS, meski harga emas telah menunjukkan reaksi terhadap sentimen risk-off dan harapan terhadap pelonggaran kebijakan.
Kebijakan Fed yang cenderung fluktuatif membuat dolar AS berpotensi menguat jika para pejabatnya menyampaikan sikap hawkish. Menguatnya dolar bisa menekan harga komoditas yang dihargakan dalam USD, termasuk emas, meskipun ekspektasi penurunan suku bunga dapat memberikan dukungan bagi logam mulia.
Berita ekonomi maupun kejadian geopolitik global juga memainkan peran penting dalam sentimen pasar. Berita seperti kejadian keamanan dan kejutan fiskal dapat menambah volatilitas, memperkuat reaksi safe-haven dan mendorong arus aliran masuk ke emas ketika ketidakpastian meningkat.
Para pelaku pasar akan menunggu pidato pejabat Federal Reserve – khususnya Gubernur Stephen Miran, Presiden Fed New York John Williams, serta komentar dari Austan Goolsbee dan Beth Hammack – untuk mengarahkan arah kebijakan yang lebih jelas. Informasi tambahan dari pernyataan mereka di hari itu bisa menjadi sinyal utama untuk langkah selanjutnya di pasar emas.