Emas beralih ke jalur kenaikan dan menyentuh sekitar 4.505 dolar AS per ounce pada perdagangan sesi Asia. Permintaan terhadap aset safe-haven meningkat seiring meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah antara Israel dan Iran. Analis menilai gejolak ini memperkuat aliran investasi ke logam mulia yang cenderung lebih stabil dibandingkan aset berisiko.
Lonjakan harga juga didorong oleh dinamika imbal hasil dan pergerakan mata uang utama. Ketegangan AS-Venezuela menambah risiko bagi investor dan memperkuat daya tarik emas sebagai pelindung nilai. Di samping itu, volatilitas pasar komoditas menambah peluang bagi trader untuk menambah eksposur logam mulia dalam portofolio.
Muncul pula faktor fundamental domestik yang memberi dukungan. Inflasi AS yang belakangan melambat menambah ruang bagi bank sentral untuk mempertimbangkan jalur kebijakan. Laporan ketenagakerjaan yang lebih sejuk memperkuat ekspektasi pasar akan dua potongan 25 basis poin oleh The Fed pada tahun depan.
Dengan inflasi yang melunak, pandangan pasar beralih pada pemangkasan suku bunga sebagai bagian dari kebijakan The Fed. Emas, sebagai aset tanpa imbal hasil, tetap menarik ketika biaya peluang memegang logam tersebut turun karena kebijakan pelonggaran. Para analis menilai dua potensi pemotongan 25 bps sebagai skenario baseline untuk tahun depan.
Dampak teknikal juga terlihat jelas bagi pelaku pasar. Momentum yang konsisten bisa membawa harga ke target secara bertahap, asalkan volatilitas tetap terjaga. Namun, data ekonomi lanjutan yang dirilis mendatang dapat mengubah dinamika aliran modal antara aset berisiko dan pilihan safe-haven.
Secara praktis, investor yang menaruh posisi long pada emas perlu memperhatikan level risiko. Dengan harga open sekitar 4.505 dolar, take profit di 4.565 dolar dan stop loss di 4.465 dolar memberi rasio risiko/imbalan sekitar 1:1,5. Strategi ini sejalan dengan pendekatan konservatif untuk menghadapi perubahan sentimen pasar setelah rilis data ekonomi utama.