Data CPI AS untuk November menunjukkan inflasi utama turun menjadi 2,7% secara tahunan, sementara komponen inti turun menjadi 2,6% dari 3,0% bulan sebelumnya. Data ini menambah nuansa dovish terhadap kebijakan Federal Reserve dan membantu membatasi pergerakan dolar AS. Investor juga memantau arus masuk modal asing; FIIs tercatat sebagai pembeli bersih pada hari Rabu dan Kamis, meski sentimen pasar global tetap berhati-hati.
Rupee India dibuka dengan nada bullish terhadap dolar pada hari Jumat, dan pasangan USD/INR turun mendekati level 90,30. Laju ini didorong oleh pelemahan dolar AS setelah data inflasi AS yang lebih lemah dari estimasi. Intervensi Bank Sentral India (RBI) di pasar spot dan NDF turut menambah ketenangan di pasar valuta asing, memberi ruang bagi Rupee untuk menguat dalam jangka pendek.
Para ekonom dan pejabat kebijakan membicarakan risiko penurunan suku bunga di tahun depan bila inflasi tetap pada jalurnya menuju target 2%. Menurut CME FedWatch, probabilitas pemotongan 25 basis poin pada pertemuan Januari telah mengundang spekulasi, meski pelaku pasar mengakui jalur kebijakan masih tergantung pada dinamika inflasi. Pengamatan ini menggarisbawahi bahwa momentum pasar tetap sensitif terhadap perkembangan kebijakan moneter AS.
Secara teknikal, USD/INR diperdagangkan sekitar 90.39, masih di atas EMA 20-hari di 90.21. Struktur ini mengindikasikan bias kenaikan bagi pasangan tersebut meskipun terdapat retracement kecil. RSI 14-hari berada di 56, menunjuk momentum yang netral dan berarti pergerakan selanjutnya bisa berbalik jika data mendatang tidak mendukung ekspektasi.
Selain faktor teknikal, dinamika eksternal tetap menjadi penentu. Washington memberlakukan tarif hingga 50% pada impor dari India, termasuk bea masuk 25% untuk pembelian minyak dari Rusia. Keberadaan tarif ini menambah volatilitas perdagangan antara kedua negara dan menambah beban pada arus investasi, meskipun beberapa FIIs tetap menambah posisi secara terbatas di beberapa sesi.
Intensitas minat beli FIIs awal bulan ini masih terbatas: meskipun ada pembelian bersih senilai Rs 1.767,49 crore pada dua hari perdagangan terakhir, arah sentimen risiko global tetap moderat. Pergerakan pasangan USD/INR akan tetap dipengaruhi oleh rilis data AS dan pidato pejabat bank sentral yang akan datang, terutama seputar langkah selanjutnya Fed dan peluang perubahan kebijakan di masa mendatang.
Analisis teknikal menekankan bahwa pergerakan USD/INR berada di area kritis antara support dinamis dan resistance kunci. Penutupan di bawah EMA 20-hari berpotensi membuka fase korektif lebih dalam, sedangkan penembusan di atas level tersebut bisa mempertahankan momentum bullish bagi USDINR. Level 90.21 sebagai EMA menjadi referensi utama, sementara level 90.30–90.40 menonjol sebagai zona operasi saat ini.
Rencana perdagangan yang diusulkan adalah posisi SELL pada USDINR dengan harga masuk sekitar 90.40, target di 89.60 dan stop loss di 90.90. Rasio risiko-imbalan diperkirakan sekitar 1,6:1, memenuhi standar minimal 1:1,5. Instrumen ini mengandalkan pelemahan USD terhadap Rupee, sesuai arus data inflasi AS dan kemajuan kebijakan RBI.
Manajemen risiko menekankan pentingnya memantau volatilitas pasar dan dinamika rilis data AS. Jika volatilitas meningkat, pertimbangkan untuk menyesuaikan posisi atau memperkecil ukuran kontrak. Disarankan juga untuk mengikuti pernyataan pejabat Fed dan perubahan sentimen pasar karena itu akan mengubah ekspektasi suku bunga dan arah USDINR secara signifikan.