Rangkuman Risalah BoJ menunjukkan beberapa anggota mendukung kelanjutan pengetatan kebijakan secara bertahap hingga 2026. Fokus kebijakan mencakup menjaga jalur kenaikan suku bunga secara stabil agar tidak tertinggal dari kebijakan negara lain. Real rate Jepang tetap rendah secara global, sehingga perdebatan terkait kenaikan tetap relevan bila inflasi akibat FX menguat. Sisi fiskal juga dibahas terkait kontribusinya terhadap pertumbuhan dalam satu sampai dua tahun ke depan.
Satu anggota mengemukakan bahwa suku bunga perlu naik secara bertahap untuk menjaga sinkronisasi kebijakan. Penekanan pada stabilitas jalur kenaikan bertujuan menjaga kredibilitas BoJ. Sementara, pandangan lain menyoroti rendahnya suku bunga kebijakan riil Jepang di tingkat global, sehingga kenaikan dapat dipertimbangkan karena potensi inflasi yang didorong FX. Ada catatan bahwa stimulus fiskal bisa memperkuat ekonomi dalam jangka pendek.
Pasar mata uang merespons dengan melemahnya USD/JPY setelah yen menguat; pasangan ini diperdagangkan sekitar 156,20 pada sesi Asia, menunjukkan respons pasar terhadap pernyataan kebijakan. Ekspektasi terhadap kelanjutan pengetatan membantu menopang yen lebih tinggi. Di samping itu, investor juga menilai dinamika kebijakan BoJ relatif terhadap The Fed dalam konteks 2026.
Di sisi kebijakan moneter AS, The Fed memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Desember, membawa rentang target menjadi 3,50%-3,75%. Langkah ini menambah total pemotongan sebesar 75 basis poin sepanjang 2025, didorong oleh pelambatan tenaga kerja dan inflasi yang tetap tinggi. Pasar menilai bagaimana Komite akan membentuk jalur kebijakan untuk tahun depan.
Alat FedWatch CME menunjukkan probabilitas 81,7% bahwa suku bunga akan dipertahankan pada pertemuan Januari, sedangkan peluang untuk pemotongan 25bp di Januari turun menjadi 18,3% dari 22,1% pekan sebelumnya. Kondisi ini memperkuat perbedaan arah kebijakan antara AS dan Jepang, memicu dinamika dalam pasangan USD/JPY. Investor menimbang dampak kebijakan tersebut terhadap likuiditas dolar dan jalur inflasi ke depan.
Perbandingan antara kebijakan The Fed dan BoJ memicu volatilitas di pasar FX, terutama untuk USD/JPY. Banyak pedagang menilai bahwa fokus akan bergeser pada data ekonomi dan pernyataan pejabat bank sentral terkait arah kebijakan di 2026. Ketidakpastian menyiratkan potensi kejutan yang bisa mengubah sentimen trader dan harga pasangan mata uang utama ini.
Pergerakan USD/JPY mencerminkan tekanan dari yen yang menguat pasca sinyal pengetatan BoJ. Dalam perdagangan Asia, pasangan ini turun mendekati 156,20, menyiratkan dominasi faktor fundamental terhadap sinyal teknikal. Pelaku pasar menilai risiko perubahan kebijakan mendadak sebagai risiko yang menahan momentum dolar.
Di sisi teknikal, trader mencermati level resistensi dan dukungan yang relevan karena berita kebijakan moneter bisa memicu volatilitas lebih lanjut. Risalah FOMC Desember menjadi katalis utama pekan ini, karena bisa mengungkap pandangan internal mengenai arah kebijakan 2026. Data tenaga kerja dan inflasi AS juga menjadi pendorong utama perubahan sentimen pasar.
Rencana perdagangan yang disarankan adalah posisi jual USD/JPY dengan open sekitar 156,20. Target profit di 155,00 dan stop loss di 157,00. Rasio risiko-imbalan lebih dari 1:1,5 memenuhi kriteria jika pasar bergerak sesuai ekspektasi. Trader disarankan menyesuaikan ukuran posisi dengan toleransi risiko dan memantau dinamika kebijakan untuk rencana yang lebih tajam.