WTI diperdagangkan mendekati $57,85 pada awal sesi Asia hari Jumat, menunjukkan bahwa pergerakan harga minyak tetap sensitif terhadap dinamika global.
Penutupan sebelumnya di level terendah dalam hampir dua bulan menandai adanya tekanan, meski ada dukungan jangka pendek dari faktor geopolitik yang sedang berputar di pasar.
Para pelaku pasar juga memantau perkembangan terbaru seputar perundingan damai Ukraina, yang berpotensi mengubah pola permintaan dan pasokan minyak di beberapa kuartal mendatang.
Penyitaan tanker minyak yang diberi sanksi oleh AS di lepas pantai Venezuela meningkatkan ketegangan geopolitik dan berpotensi mengganggu aliran ekspor negara tersebut.
Langkah ini dapat membuat pengiriman minyak Venezuela lebih sulit karena pembatasan dari pengirim asing dan asuransi, sehingga irisan supply bisa memperkuat tekanan pada harga dalam jangka pendek.
Di sisi lain, narasi damai Ukraina memberikan harapan bagi stabilitas infrastruktur energi di kawasan Eropa, meskipun analis memperingatkan bahwa kenaikan harga dapat dibatasi oleh dinamika pasokan global yang lebih terprediksi.
Di ranah kebijakan moneter, Federal Reserve mengumumkan pemangkasan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin pada pertemuan Desember, yang menambah spekulasi mengenai arah kebijakan di tahun mendatang.
Pejabat Fed juga memberi isyarat bahwa penurunan suku bunga kemungkinan hanya terjadi sekali lagi di tahun depan, menambah tonase terhadap biaya pinjaman dan dinamika investasi.
Kebijakan suku bunga yang lebih rendah dapat menurunkan biaya pinjaman konsumen dan mendorong permintaan minyak, sehingga menimbang arah harga WTI dalam beberapa bulan ke depan meskipun faktor geopolitik tetap berperan.