WTI Tertekan Desember: Pasokan Global Menguat, Permintaan Lesu, dan Proyeksi Harga Minyak ke Depan

Signal WTI/USDSELL
Open57.7
TP53
SL60.5

Harga minyak mentah WTI berpeluang mencatat penurunan mendekati 3% pada bulan Desember, melanjutkan penurunan tahunan sekitar 20%. Pergerakan harga terlihat stabil di sekitar $57,70 per barel setelah dua hari kenaikan. Para analis menilai dinamika pasar dipicu oleh rebalancing portofolio, data persediaan global, serta perubahan sentimen terkait risiko geopolitik.

Rusia menegaskan akan memperkuat sikapnya dalam pembicaraan damai setelah menuduh Kyiv melancarkan serangan, sebuah klaim yang ditolak Kyiv sebagai tidak berdasar. Pasar tetap mengawasi perkembangan militer dan diplomatik karena eskalasi bisa meningkatkan volatilitas harga. Dalam konteks tersebut, investor menimbang potensi premi risiko terhadap minyak mentah.

Di samping faktor geopolitik, ekspektasi surplus minyak meningkat sejalan dengan keluaran OPEC+ dan produsen non-OPEC yang lebih tinggi dari perkiraan. Permintaan global yang tumbuh lambat menambah tekanan ke bawah, menjaga harga tetap pada kisaran rendah. Dalam pertemuan mendatang, OPEC+ dikabarkan akan mempertahankan rencana berhenti meningkatkan pasokan pada kuartal I 2026.

Faktor Fundamental yang Mendorong Pasokan dan Permintaan

Faktor fundamental utama adalah dorongan pasokan: OPEC+ diperkirakan menahan peningkatan output hingga kuartal pertama 2026, meski produksi dari sekutu tambah signifikan. Sisi permintaan menunjukkan dinamika yang beragam dengan tanda pemulihan yang tertatih, sehingga tekanan harga cenderung berlanjut. Kondisi ini mendorong pasar untuk menimbang risiko jangka panjang terhadap stok minyak global.

Di level geopolitik, serangan udara Saudi di Yaman dan pernyataan Iran mengenai perang skala penuh dengan AS, Eropa, dan Israel meningkatkan kekhawatiran terhadap gangguan pasokan. Kendati belum terlihat gangguan produksi yang jelas, risiko geopolitik menambah volatilitas pasar minyak. Pasar juga menilai potensi respons AS terhadap program nuklir Iran akan mempengaruhi harga di masa mendatang.

Kondisi gabungan antara keluaran lebih tinggi dan permintaan yang lesu secara bertahap membentuk prospek harga minyak di 2025. Analis melihat tekanan harga menuju wilayah yang lebih rendah jika pasokan tetap kuat sementara permintaan belum pulih signifikan. Secara umum fondasi pasar minyak menunjukkan risiko surplus lebih lanjut meskipun dinamika regional tetap menjadi faktor penentu.

Analisis Sinyal Trading dan Proyeksi Harga

Analisis teknikal menunjukkan minyak berada di rentang rendah beberapa minggu terakhir, didorong spekulasi bahwa penurunan berlanjut jika data pasokan tetap negatif untuk harga. Namun, faktor fundamental seperti dinamika OPEC+ dan ketegangan regional tetap menjadi penentu arah jangka pendek. Pelaku pasar juga memperhatikan persepsi terhadap dolar AS karena pergerakan mata uang dapat memperlebar volatilitas.

Sinyal trading yang dihasilkan dari pembahasan dalam artikel ini cenderung ke posisi jual (sell), mengingat tekanan pasokan berlebih dan permintaan yang lemah. Target harga yang lebih rendah dipertimbangkan jika skenario penurunan berlanjut, misalnya menuju level sekitar 53 dolar per barel, dengan batas risiko di atas level sekitar 60,5 dolar. Rasio risiko-imbalan dalam skenario ini memenuhi kriteria minimal 1:1,5 asalkan eksekusi memenuhi tingkat yang ditetapkan.

Dalam konteks strategi, pelaku pasar disarankan memantau kebijakan OPEC+ dan dinamika geopolitik regional sebagai pendorong volatilitas utama. Pergerakan harga bisa berubah jika permintaan global membaik atau jika muncul langkah kebijakan baru dari produsen utama. Pembaruan data persediaan serta laporan ekonomi global akan menjadi panduan utama arah pasar minyak ke depan.

Boost Your Business with Cutting-Edge Marketing Solutions Today

Your ad here
Image