Bank of England memutuskan untuk memotong suku bunga kebijakannya sebesar 25 basis poin, membawa tingkat kebijakan menjadi 3,75% pada pertemuan 18 Desember. Langkah ini menandai kelanjutan siklus pelonggaran dan menambah tekanan terhadap pound sterling terhadap sebagian besar pasangan utama. Para pelaku pasar perlu mengevaluasi bagaimana perubahan tersebut mempengaruhi biaya pinjaman bagi rumah tangga dan perusahaan serta dinamika imbal hasil obligasi domestik.
Narasi kebijakan menunjukkan pelonggaran masih menjadi fokus, meskipun nada rapat dinilai cukup berhati-hati. Komite menegaskan bahwa evaluasi atas pelonggaran kebijakan lebih lanjut akan dilakukan mendekati pertemuan berikutnya, bukan melalui perubahan besar di satu momen. Hal ini menciptakan ketidakpastian bagi pelaku pasar karena arah kebijakan bisa bergeser jika data ekonomi berubah.
Ketika pasar memproyeksikan pelonggaran lebih lanjut hingga 2026, GBP dipandang berpotensi melemah terhadap mata uang G10 yang memiliki ekspektasi suku bunga lebih netral atau sedang meningkat, seperti AUD dan NZD. Kondisi ini menambah argumen bahwa GBP mungkin tidak menjadi pilihan utama bagi investor jika perbandingan kebijakan tetap berat sebelah ke arah pelonggaran di Inggris.
Pelaksanaan pelonggaran berkelanjutan mencerminkan upaya BoE menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan tekanan inflasi. Meski pemotongan 25 basis poin telah terjadi, para analis menekankan bahwa langkah kebijakan berikutnya sangat tergantung pada data ekonomi yang akan datang. Dalam konteks ini, arah kebijakan tetap rentan terhadap perubahan data inflasi, upah, dan permintaan konsumen.
Beberapa pejabat BoE menilai bahwa suku bunga bisa turun lebih lanjut jika tekanan inflasi tetap lemah dan momentum pertumbuhan melemah. Ekspektasi pelonggaran hingga 2026 memperkuat narasi bahwa jalur kebijakan Inggris bisa lebih rendah daripada yang diantisipasi pasar. Investor perlu memperhatikan hasil rilis data ekonomi dan perubahan opini anggota Komite Kebijakan Moneter untuk menilai risiko dan peluang di pasar valuta asing.
Fluktuasi volatilitas pada GBP diperkirakan tetap tinggi karena kebijakan dipandu oleh dinamika inflasi, tenaga kerja, serta pertumbuhan global. Bagi trader, pemantauan indikator ekonomi dan rilis data utama menjadi kunci dalam menilai arah GBP dalam jangka menengah.
Secara relatif, GBP bisa mengalami kendala terhadap mata uang G10 lainnya jika ekspektasi pelonggaran berlanjut. AUD dan NZD cenderung mendapat dukungan dari prospek suku bunga yang lebih netral atau naik di wilayahnya, sementara GBP diproyeksikan berpotensi tertahan oleh sikap BoE yang lebih condong ke pelonggaran.
Arus modal juga dipantau terkait arah kebijakan Inggris. Jika pelonggaran berlanjut, aliran modal bisa mengarah ke aset berisiko atau ke mata uang dengan ekspektasi suku bunga yang lebih menarik. Trader perlu menilai dinamika data Inggris dan faktor global untuk menakar risiko serta peluang pada pasangan GBPUSD dan pasangan terkait lainnya.
Dalam konteks yang lebih luas, dinamika kebijakan Inggris dapat mempengaruhi volatilitas pasar mata uang secara regional maupun global. Analisis menyeluruh terhadap data inflasi, tenaga kerja, serta pertumbuhan global akan membantu trader menentukan posisi yang tepat dan mengelola risiko terkait pergerakan GBP.