IMF dalam tinjauan terbarunya menaikkan proyeksi pertumbuhan China untuk tahun ini dan mendatang, menandai perubahan signifikan dalam pandangan pasar terhadap dinamika perekonomian negara tersebut.
Penyesuaian ini disertai optimisme relatif terhadap prospek 2025 dan 2026 karena adanya stimulus makroekonomi dan taruhannya pada kebijakan yang lebih ekspansif, meskipan tantangan struktural tetap ada.
Inflasi di China menunjukkan tingkat yang lebih rendah dibanding mitra dagang, yang mendorong depresiasi nilai tukar riil dan meningkatkan daya saing eksternal China, membawa implikasi bagi kebijakan moneter dan perdagangan.
Prioritas kebijakan utama China adalah beralih dari ketergantungan pada ekspor dan investasi ke model yang lebih berfokus pada konsumsi rumah tangga.
IMF menyarankan langkah-langkah makroekonomi ekspansif yang lebih mendesak dan reformasi untuk menurunkan tingkat tabungan rumah tangga yang tinggi, guna memperkuat permintaan domestik dan pertumbuhan berkelanjutan.
Penekanan pada pengurangan beban fiskal melalui kebijakan yang merangsang konsumsi tidak hanya mengangkat permintaan nasional tetapi juga menyeimbangkan porsi antara sektor publik dan privat dalam jangka panjang.
Proyeksi 2026 meningkat menjadi 4,5 persen dari 4,2 persen, sementara 2025 direvisi ke 5,0 persen dari 4,8 persen, mencerminkan respons kebijakan terhadap stimulus dan pengurangan tarif pada barang produksi China.
IMF menekankan perlunya pembersihan neraca di sektor pemerintah umum, properti, dan keuangan untuk menjaga fondasi fiskal dan keuangan yang lebih sehat di tengah dinamika harga dan pinjaman.
Meski ada perbaikan, ketidakseimbangan dalam perekonomian China tetap signifikan, sehingga transisi menuju model yang dipimpin konsumsi menjadi langkah penting untuk risiko jangka panjang dan stabilitas ekonomi.
| Tahun | Proyeksi IMF |
|---|---|
| 2025 | 5,0% (naik dari 4,8%) |
| 2026 | 4,5% (naik dari 4,2%) |