Harga emas berada di sekitar level 4.320 dolar AS per ounce menjelang rilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) AS untuk November. Pergerakan ini didorong oleh pergerakan dolar yang lebih kuat, karena pasar menimbang arah kebijakan moneter The Fed. Konsensus inflasi AS diperkirakan naik menjadi 3,1% secara YoY, sementara IHK non-makanan dan energi diperkirakan bertahan di 3%. Katalis ini menambah tekanan pada emas sebagai aset lindung nilai yang cenderung mengabaikan imbal hasil nolnya. Di sisi lain, ekspektasi terhadap pengurangan suku bunga bisa memicu volatilitas lebih lanjut di pasar emas.
Sementara itu, Dolar AS menguat menuju dekat level 98,5 pada indeks DXY, menambah tekanan pada logam mulia. Secara teoritis, lingkungan inflasi tinggi seharusnya mendukung kinerja emas jangka menengah hingga panjang, namun dinamika kebijakan dovish The Fed menjadi faktor penentu yang krusial. Ketika ekspektasi terhadap penurunan suku bunga mereda, daya tarik emas sebagai aset non-imbal hasil bisa menurun, meski faktor inflasi tetap menjadi faktor pendukung.
Para pelaku pasar mempertimbangkan skenario kebijakan The Fed yang tetap hawkish meski ada tekanan inflasi, sehingga arah emas akan bergantung pada kejutan data inflasi berikutnya. Probabilitas pemangkasan suku bunga 25 basis poin pada pertemuan Januari menurut CME FedWatch saat ini sekitar seperempat peluang, menambah ketidakpastian jangka pendek. Investor mungkin akan menimbang risiko terkait risiko fiskal dan volatilitas pasar untuk menentukan posisi dalam beberapa minggu mendatang.
Secara teknis, harga emas diperdagangkan mendekati 4.324,56 dolar AS setelah melewati tekanan jual awal, menandai momentum yang cukup kuat. Harga tetap bertahan di atas EMA 20-hari yang bergerak naik di sekitar 4.230,13 dolar, yang mengindikasikan bias kenaikan tetap terjaga. Ketika spread antara harga spot dan EMA melebar, hal itu menegaskan kekuatan tren jangka pendek dan memberi sinyal bahwa bias naik masih dominan.
RSI 14-hari berada di sekitar 68,9, sedikit di bawah wilayah jenuh beli, menandakan momentum yang kuat namun mulai mereda. Jika para pembeli mempertahankan aksi harga di atas EMA yang meningkat, jalur menuju level tertinggi sebelumnya bisa tetap terbuka meski momentum mungkin mengalami jeda sesaat. Namun indikator RSI yang mendekati 70 menjadi pengingat bahwa konsolidasi atau koreksi singkat bisa terjadi sebelum perpanjangan tren berlanjut.
Penarikan kembali menuju EMA 20-hari di sekitar 4.230,13 dolar berpotensi mengekalkan dukungan tren, sementara penutupan harian yang konsisten di atas rata-rata jangka pendek akan memperkuat peluang perpanjangan ke atas. Keberlanjutan pola di atas EMA memberi sinyal reaksi positif jika data inflasi AS sesuai ekspektasi atau lebih lemah dari perkiraan terhadap ketidakpastian kebijakan moneter. Para trader disarankan memantau perkembangan RSI karena pembacaan yang mendekati 70 meningkatkan risiko keadaan overbought meski tren utama tetap naik.
Meski volatilitas pasar meningkat menjelang rilis data inflasi AS, dinamika kebijakan moneter tetap menjadi pendorong utama arah harga emas. Probabilitas The Fed memangkas suku bunga sebesar 25 bp pada pertemuan Januari menurut CME FedWatch saat ini sekitar 24,4%, menambah ketidakpastian bagi investor. Jika data inflasi datang lebih kuat dari perkiraan, ekspektasi terhadap kebijakan dovish bisa memudar dan menguatkan tekanan pada emas.
Dalam konteks teknis, harga emas tetap berada di jalur kenaikan asalkan bisa mempertahankan posisi di atas EMA 20-hari. RSI yang berada mendekati 70 mengisyaratkan momentum yang kuat namun membutuhkan kehati-hatian terhadap potensi koreksi singkat. Karena sinyal perdagangan tidak ditetapkan pada laporan ini, para investor disarankan untuk memantau dinamika pasar dan data inflasi berikutnya dengan cermat.
Ringkasnya, jika data inflasi sesuai ekspektasi atau lebih lemah dari konsensus, emas bisa melanjutkan tren naik menuju area resistance berikutnya. Namun jika tekanan inflasi naik lebih tinggi dari proyeksi, pergerakan emas bisa melemah dan menguji level dukungan di sekitar EMA 20. Semua dinamika ini akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan kebijakan moneter The Fed dan data CPI selanjutnya.