Harga emas bergerak naik tipis mendekati level 4.235 USD per ounce di awal sesi Asia pada hari Kamis, karena para pelaku pasar menilai dampak langkah The Fed terhadap biaya peluang memegang logam berpendapatan tetap.
Bank sentral AS memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi kisaran 3,50%–3,75%, melanjutkan rangkaian pemangkasan yang menurunkan tekanan pada yield dan membuat emas lebih menarik sebagai penempatan nilai.
Dalam konferensi pers, Ketua Fed Jerome Powell menekankan perlunya menilai dampak kumulatif dari tiga pemangkasan tahun ini terhadap ekonomi, sembari menunggu data masuk menjelang pertemuan kebijakan berikutnya.
Para pelaku pasar menantikan data Klaim Tunjangan Pengangguran Awal AS untuk menilai seberapa kuat pasar tenaga kerja dan seberapa besar dampak kebijakan moneter pada aktivitas ekonomi.
Berbeda dengan aset berimbal hasil, emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap risiko jika biaya peluang memegang aset berpendapatan tetap turun, sehingga logam mulia tetap menarik bagi sebagian investor.
Proyeksi pasar melalui alat prediksi seperti FedWatch CME menunjukkan sebagian besar pelaku pasar menganggap peluang The Fed menahan suku bunga tetap meningkat untuk pertemuan berikutnya meski ada pemangkasan yang telah dilakukan.
Sementara itu, dinamika geopolitik turut membentuk pandangan terhadap emas. Presiden AS memberi sinyal tenggat Natal bagi Ukraina untuk mencapai kesepakatan damai, dan Zelenskiy melaporkan proposal perdamaian revisi yang tengah dipertimbangkan.
Setiap tanda kemajuan dalam negosiasi damai cenderung menekan permintaan terhadap safe-haven seperti emas dalam jangka pendek, meskipun sinyal pelonggaran kebijakan dan volatilitas harga tetap menjadi pendorong utama.
Secara keseluruhan, kombinasi kebijakan moneter, kemajuan geopolitik, dan pergerakan imbal hasil membentuk kerangka bagi pergerakan emas ke depan dengan potensi volatilitas yang masih tinggi.