M2 Indonesia November 2025 Tumbuh 8,3% Didorong M1 dan Kredit; Reaksi USD/IDR di Pasar Forex

Data Bank Indonesia (BI) mengungkapkan bahwa uang beredar luas M2 Indonesia untuk November 2025 mencapai Rp9.891,6 triliun, meningkat 8,3 persen secara tahunan. Angka ini menunjukkan akselerasi dibandingkan Oktober 2025 yang tumbuh 7,7 persen. Pendorong utama berasal dari pertumbuhan uang beredar sempit M1 yang mencapai 11,4 persen, didorong oleh peningkatan likuiditas dalam sistem perbankan serta aktivitas konsumen dan investasi.

Perkembangan komponen M2 dipicu oleh tagihan bersih ke Pemerintah Pusat dan penyaluran kredit. Secara detail, pertumbuhan aktiva luar negeri bersih sebesar 9,7 persen YoY, disertai kenaikan kredit sebesar 7,9 persen, dan pertumbuhan tagihan bersih ke Pemerintah Pusat sebesar 8,7 persen. Kombinasi ini mencerminkan kombinasi antara permintaan domestik yang lebih kuat dan dukungan fiskal atau pembiayaan pemerintah lewat sistem perbankan.

Para analis menilai bahwa peningkatan M2 mengarahkan likuiditas lebih longgar di pasar, yang berpotensi memicu tekanan inflasi jika permintaan domestik melampaui kapasitas produksi. Namun, laju kredit yang masih terjaga dan peningkatan cadangan devisa (net foreign assets) menunjukkan adanya keseimbangan antara likuiditas dan stabilitas fiskal. Reaksi pasar terhadap data ini tampak pada pergerakan USD/IDR yang naik, menunjukkan bahwa pasar menilai data ini relevan bagi ekspektasi kebijakan moneter dan arus modal.

Reaksi Pasar dan Dampak pada Pair USDIDR

Setelah rilis data, pasangan USD/IDR berada di sekitar 16.781, dengan pergerakan naik yang relatif terbatas. Pasar telah mencatatkan level tertinggi harian di sekitar 16.784 ketika pembukaan sesi perdagangan. Pergerakan ini menggambarkan respons pasar terhadap likuiditas dan prospek inflasi terkait M2 yang lebih tinggi dari ekspektasi maupun pembacaan sebelumnya.

Secara fundamental, data menunjukkan ekspansi likuiditas yang mendukung aktivitas kredit, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran terhadap tekanan harga di masa mendatang. Dari sisi teknikal, chart USDIDR menunjukkan tekanan pembelian di level 16.7x; namun tidak ada sinyal entry yang kuat karena data bersifat umum dan bukan sinyal trading spesifik. Oleh karena itu, rekomendasi trading dari artikel ini adalah tidak ada sinyal (no) karena instrumen yang dibahas lebih dekat ke data makro nasional.

Investor bisa memperhatikan indikator lanjutan seperti laju perubahan kredit, GDP, inflasi, dan keputusan BI untuk menilai arah rupiah. Skenario dasar menunjukkan bahwa jika likuiditas tetap tinggi tetapi permintaan domestik melambat, rupiah mungkin menguat secara bertahap terhadap USD. Namun jika tekanan inflasi muncul, kebijakan moneter BI bisa lebih tegas yang akan memperkuat arah pergerakan USDIDR ke level di atas 16.800 dalam beberapa minggu ke depan.

Boost Your Business with Cutting-Edge Marketing Solutions Today

Your ad here
Image