RBI memutuskan untuk menurunkan suku bunga repo sebesar 25 basis poin menjadi 5,25% serta mengumumkan penyuntikan likuiditas melalui Operasi Pasar Terbuka sebesar Rp1 lakh crore. Putusan ini disampaikan secara bulat dan menyesuaikan kebijakan dengan tekanan inflasi yang mulai mereda.
Gubernur RBI menyatakan inflasi utama telah melambat secara signifikan dan diperkirakan tetap di bawah proyeksi. Bank sentral juga menyampaikan proyeksi inflasi inti di bawah 4% pada paruh pertama 2026, dengan revisi proyeksi tahun fiskal ini menjadi 2,0% dari 2,6% sebelumnya.
Selain itu, kebijakan ini didorong oleh data PDB Q3 yang positif, dengan prospek pertumbuhan naik menjadi 7,3% untuk tahun fiskal ini. Namun, kebijakan dovish diperkirakan menekan Rupiah ke depan karena arus keluar modal asing masih membebani pasar.
Secara teknis, USD/INR bergerak lebih tinggi mendekati 90,20 setelah sempat menyentuh level tertinggi sekitar 90,70, sejalan dengan ekspektasi Fed yang kemungkinan memotong 25 bp dalam beberapa minggu. Indeks dolar DXY dipantau melemah sekitar 98,85 di sesi Asia.
RSI 14-hari berada di sekitar 67,5 setelah sempat berada di wilayah jenuh beli, dengan EMA 20 hari sekitar 89,44 menjadi level support penting bagi tren naik yang tetap berisyarat.
Dengan prospek Fed yang dovish dan dukungan dari indikator teknis, level 91,00 menjadi target upside sedangkan 89,44 menjadi pondasi support. Sinyal trading untuk USDINR adalah buy, dengan open 90,10 dan target 91,00 serta stop loss 89,50, memberi risiko-imbangan sekitar 1,5:1.