USD/IDR kembali tertekan setelah kemarin ditutup di sekitar 16.700, menandai kelanjutan pelemahan pada sesi Asia. Pada penutupan terakhir, pasangan ini diperdagangkan sekitar 16.709 ketika berita ditulis, sementara level tertinggi pekan lalu berada di 16.827. Meskipun pelemahan jangka pendek berlanjut, tren jangka panjang masih bullish karena harga berada di atas SMA 200-hari.
Secara teknis, RSI 14-hari berada di 51,95, menunjukkan momentum yang netral meski tren utama tetap berada di atas level kunci. Situasi ini membuat pergerakan nyaris flat dalam beberapa sesi terakhir, sambil memantau dinamika pasar global dan risiko likuiditas jelang libur akhir tahun.
Di sisi lain, IHSG Indonesia menunjukkan kinerja positif dengan kenaikan lebih dari 22% sepanjang tahun ini. Sementara itu, fokus pasar terhadap data ekonomi AS dan rilis PMI manufaktur di Indonesia pada awal Januari 2026 akan mempengaruhi arah USD/IDR di sesi berikutnya. Secara YTD, USD/IDR tercatat naik sekitar 2,5% meskipun koreksi teknis muncul.
Risalah Rapat FOMC kemarin menyoroti bahwa sebagian besar pejabat bersedia menurunkan suku bunga lebih lanjut jika inflasi menurun sejalan waktu. Meski demikian, beberapa anggota juga mengindikasikan kemungkinan mempertahankan kebijakan setelah pemotongan Desember tergantung prospek ekonomi. Pasar menilai cash rate AS bisa turun lebih lanjut jika dinamika inflasi berlanjut.
Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga sebanyak lima kali sepanjang tahun ini, masing-masing sebesar 25 basis poin, membawa BI-Rate dari 6% menjadi 4,75%. Kebijakan ini menambah tekanan pada kurs rupiah namun juga mendukung ekspansi likuiditas ke sektor riil yang menjadi prioritas bank sentral.
Dalam konferensi pers pasca RDG terakhir, Gubernur BI menegaskan sinergi kebijakan dengan Kementerian Keuangan untuk mendorong likuiditas yang akhirnya tersalurkan ke sektor riil. Secara umum, dinamika kebijakan domestik mendekatkan USD/IDR pada kisaran yang lebih stabil meski pergerakan global tetap relevan bagi arus modal.
Dengan harga berada sekitar 16.709, bias jangka pendek berada dalam wilayah bullish karena harga tetap di atas SMA 200-hari meskipun momentum RSI netral. Faktor-faktor global seperti potensi pemotongan suku bunga AS jika inflasi melandai dan kebijakan BI akan menjadi penentu arah sesudah libur akhir tahun.
Strategi perdagangan yang disarankan adalah posisi long dengan open near 16.709, target di sekitar 16.850, dan stop loss di sekitar 16.620. Rasio risiko-imbalan sekitar 1:1,6 memenuhi standar minimal yang diinginkan untuk perdagangan berisiko moderat.
Selain itu, perhatikan data PMI Manufaktur S&P Global Indonesia untuk Desember yang akan dirilis 2 Januari 2026, serta data Permohonan Hipotek MBA dan Klaim Tunjangan Pengangguran AS yang dirilis pada hari-hari libur. Perubahan data bisa menggiring USD/IDR keluar dari kisaran saat ini.