Harga minyak WTI diperdagangkan sekitar 58,65 dolar AS per barel pada sesi Asia hari Selasa, mengalami penurunan tipis seiring dinamika pasar.
Berita mengenai Irak yang memulihkan produksi di ladang West Qurna 2 menambah volatilitas sekaligus menahan kerugian, karena pemulihan output membantu menjaga pasokan global.
Investor menantikan rilis laporan stok minyak mentah API untuk petunjuk arah permintaan, sambil menimbang ekspektasi penurunan suku bunga The Fed dan risiko geopolitik terkait Ukraina.
West Qurna 2 memproduksi lebih dari 460.000 barel per hari, menyumbang sekitar 0,5% pasokan minyak dunia dan sekitar 9% output Irak, produsen terbesar kedua OPEC setelah Arab Saudi.
Isu geopolitik tetap menjadi faktor kunci; pernyataan Zelenskiy menandai belum adanya kesepakatan untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina dan proyeksi pembatasan ekspor energi Rusia berpotensi mendukung harga.
Ekspektasi para analis terhadap keputusan suku bunga Fed bulan ini berpotensi memperkuat permintaan energi jika langkah pengetatan menjadi lebih akomodatif di masa mendatang.
Penurunan suku bunga Fed cenderung melemahkan dolar, membuat komoditas berdenominasi USD lebih murah bagi pembeli internasional dan mendukung apresiasi harga WTI.
Kebijakan moneter yang lebih longgar dapat membangkitkan permintaan energi global, meskipun ketidakpastian geopolitik dan dinamika pasokan tetap memicu volatilitas harga.
Pelaku pasar memantau bagaimana produksi Irak, respons pasar terhadap data stok API, serta potensi eskalasi konflik mempengaruhi arah harga minyak mentah ke depan.